Jumat, 27 November 2009

Info Hotel Di Tuktuk Siadong - Pulau Samosir - Sumatera Utara

Berikut adalah info hotel kami suguhkan kepada anda wisatawan yang hendak melancong ke pulau Samosir terutama di daerah Tuktuk siadong. Semoga Info ini bermanfaat bagi anda wisatawan sebagai referensi hotel yang murah namun tidak kalah fasilitasnya dengan hotel berbintang :

  1. Toledo Inn : Jl. Lingkar Tuktuk siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 41181, 41174.
  2. Tabo Hotel : Jl. Lingkar Tuktuk Siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 11111.
  3. Samosir Cottages : Jl. Lingkar Tuktuk Siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 41050.
  4. Ring Abudabi : Jl. Lingkar Luar Tuktuk siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 60000.
  5. Linda's Acc : Jl. lingkar Tuktuk siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 451223.
  6. Hotel Silintong : Jl. Lingkar Tuktuk Siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 451242.
  7. Elsina Acc : Jl. Lingkar Tuktuk Saidong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 451067.
  8. Bagus Bay : Jl. Lingkar Tuktuk Siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 451287.
  9. Duma Sari Hotel : Jl. Lingkar Tuktuk Siadong, Samosir, Danau Toba. Telepon (0625) 45000.

BUPATI SAMOSIR JAMU DELEGASI PEMERINTAH KOTA ZUNDERT - BELANDA

Bupati Samosir : Samosir diharapkan ke depan menjadi daerah kunjungan pariwisata utama di Indonesia. Dan kunjungan ini diharapkan sebagai ajang promosi kawasan wisata Danau Toba.

Tidak heran lagi bila Samosir banyak dikunjungin oleh wisatawan asing dari berbagai negara karena panorama alam Danau Toba. Kali ini Kabupaten Samosir dikunjungi tamu dari Delegasi Pemerintah Kota Zundert, Kerajan Belanda yang telah menjalin hubungan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Karo dengan tujuan objek wisata Danau Toba. Delegasi yang dipandu Pemkab. Karo mengunjungi Samosir selama dua hari dan dijamu Bupati Samosir bersama beberapa Pimpinan SKPD, bertempat di Hotel Toledo Inn, Tuktuk Siadong Kecamatan Simanindo, Rabu (11/11. Walikota Zundert Mrs. Leny Poppe-de Looff dan rombongan di jamu secara adat Batak dengan Tortor Sawan (Tari Cawan) dan Tortor Ulos yang dibawakan oleh penari binaan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Samosir.

Dalam sambutannya, Bupati Samosir Ir. Mangindar Simbolon didampingi Rita Suwandi (KBRI Denhaag, membantu menerjemahkan), mengatakan bahwa saat ini Samosir sedang bergiat mengembangkan pariwisata. Pengembangan pariwisata Samosir mencakup tiga hal, yakni pemandangan/panorama alam Danau Toba yang indah, etnis budaya dan lingkungan ekosistem Danau Toba.

Lebih lanjut Bupati Samosir menjelaskan, berbagai kegiatan yang menjadi agenda tahunan dan telah terlaksana seperti Lake Toba Ecotourism Sport, Horas Samosir Fiesta. Dan direncanakan Tahun 2010 akan bekerjasama dengan Malaysia melaksanakan olahraga paragliding internasional. Kabupaten Samosir juga telah menjalin kerjasama dengan 6 kabupaten se-kawasan Danau Toba dalam bidang pariwisata, agribisnis dan infrastruktur.

Juga akan dibangun Pusat Penelitian Ekositem Danau Toba serta perkampungan seni di Kawasan Lagundi Kecamatan Onan Runggu. Diharapkan kepada para peneliti dalam maupun luar negeri berkumpul untuk meneliti semua aspek lingkungan yang ada di Kawasan Danau Toba. Tujuh Kabupaten se-kawasan Danau Toba telah berkomitmen untuk menjaga kualitas air Danau Toba. Beliau juga menjelaskan, Pemerintah RI telah menetapkan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Nasional. Khusus di Samosir sedang dikembangkan kebun raya. Kabupaten Samosir juga telah mencanangkan konsep pambangunan secara kolaboratif yang mencakup aspek budaya, lingkungan dan ekonomi.

”Selamat datang di Kabupaten Samosir. Silahkan menikmati pemandangan yang ada di Samosir. Kami cukup berbahagia atas kunjungan bapak/ibu sekalian. Atas nama Pemkab Samosir, kami mengucapkan terima kasih banyak karena telah mempromosikan Samosir sebagai tempat wisata.” ucap Bupati Samosir.

Diakhir acara Bupati Samosir menyematkan ulos kepada para tamu sebagai wujud terima kasih dan rasa bangga. Bupati juga menjelaskan kepada para tamu bahwa ulos adalah produk budaya tertinggi bagi orang Batak. Mrs. Leny Poppe-de Looff bersama Bupati Karo telah membahas kerjasama dibidang pariwisata demikian juga dengan Bupati Samosir berencana menjalin kerjasama dibidang pariwisata. Mrs Leny Poppe-de Looff yakin hanya Danau Toba saja dilestarikan, para wisatawan akan datang untuk berjalan kaki keliling Danau Toba.(Humas)

Tips Berwisata di Pulau Samosir

Pulau Samosir, siapa yang tidak mengenalnya? Pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Pulau Samosir itu sendiri dikelilingi oleh pegunungan, kemana pun mata kita memandang kita akan selalu menemukan pegunungan. Tak heran udara di sana pun sangat dingin. Mengingat Pulau Samosir terletak di dataran tinggi sekitar 700 ” 1.995 mdpl.

Untuk menuju ke pulau Samosir itu sendiri dapat di tempuh dengan dua cara, yang pertama kita dapat menyeberang danau Toba melalui Ajibata dan yang kedua kita dapat melewati Brastagi. Keduanya tinggal anda yang menentukan. Keindahan pulau Samosir akan membuat anda terbuai oleh hijaunya gunung dan sejuknya udara. Anda akan benar-benar merasa segar kembali setelah melewati satu malam di Pulau Samosir.

Cara Mencapai Daerah Ini

bagi anda yang tidak membawa mobil pribadi, anda dapat Sewa Mobil dari Medan, biaya Rental Mobil Medan sekitar Rp. 300.000,- per Hari. Lalu anda tinggal memilih jalur Rental Mobil antara lewat Brastagi atau Prapat. Dari Medan menuju Prapat memakan waktu sekitar 4 jam perjalanan dan disambung dengan menyeberang menggunakan kapal ferry yang memakan waktu 1 jam perjalanan. Sedangkan dari Brastagi hanya 3 jam saja. Lihat Sewa Mobil Medan dan HY Lintas Rent a Car.

Tempat Menginap

tempat menginap di Samosir banyak dan beragam. masing-masing menawarkan pemadangan yang paling indah dari Danau Toba. Penginapan-penginapan tersebut terlekat di pinggiran Danau Toba. Coba klik Rental Mobil Medan dan Medan Rent Car untuk mendapatkan layanan Rental Mobil atau Sewa Mobil di daerah sumatera utara dan sekitarnya.

Berkeliling

Untuk berkeliling di sekitar pulau Samosir, anda dapat menggunakan BeMo (Becak Motor) yang sangat terkenal di Sumatera Utara, biayanya sekitar Rp.3000 ” Rp 10.000,- tergantung jauh dekatnya tujuan anda. Atau anda dapat menggunakan kendaraan umum atau juga Sewa Mobil Medan seperti HY Lintas Rent a Car.

Tempat Bersantap

Untuk di Samosirnya sendiri, tempat makan pun sangat banyak. Dari mulai masakan cina sampai dengan masakan jawa. Tinggal pilih sesuai selera anda.

Buah Tangan

Banyak yang dapat anda temukan di Samosir, dari mulai ulos sampai dengan kerajinan tangannya. Semuanya unik dan indah.

Yang Dapat Anda Lihat Atau Lakukan

Anda dapat berjalan-jalan mengelilingi Pulau Samosri, anda dapat memancing di pinggir danau Toba dan anda dapat mengunjungi objek-objek wisata yang ada disana. Atau anda dapat mencuci mata di daerah Tomok

Tips

*Udara Pulau Samosir bila malam sangat dingin, bagi anda yang tidak terbiasa dengan udara dingin jangan lupa membawa jacket yang tebal.

* Teliti dalam memilih tempat makan

Rabu, 25 November 2009

Objek Wisata Favorit

Kabupaten Samosir memiliki daerah-daerah potensi wisata yang berbasis pemandangan alam, wisata spiritual, wisata pertanian, wisata budaya dan perairan Danau Toba. Daerah-daerah rekreasi tersebut tersebar di berbagai wilayah Kecamatan antara lain :

Kecamatan Simanindo

Obyek Wisata Sejarah

Makam Raja Sidabutar, berada di Tomok, makam yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan yang dipahat untuk tempat peristirahatan Raja Sidabutar pengusa kawasan Tomok pada masa itu.

Batu Parsidangan, berada di desa Siallagan adalah batu yang disusun sedemikian pada masa pemerintahan Raja Siallagan untuk tempat mengadili dan mengeksekusi para kriminal.

Museum Huta Bolon, tempat penyimpanan benda-benda kuno orang Batak

Obyek Wisata Seni dan Budaya

Pertunjukan Sigale-gale, berada di Tomok adalah kesenian rakyat berbentuk patung yang dibuat sedemikian sehingga dapat menari mengikuti irama musik tradisional gondang

Gedung Kesenian, bangunan tempat atraksi budaya dan seni, berada di Tuktuk Siadong

Obyek Wisata Alam

Batu Marhosa, berada di sigarantung, desa Parmonangan adalah fenomena alam batu benafas atau dapat menghembuskan udara

Goa Marlakkop, di desa Tanjung

Pagar Batu dan Bottean, di Lontung

Pantai Ambarita, tempat pemandian dan pemancingan

Aek Natonang, berlokasi di dsa tanjungan merupakan danau di atas danau dan direncanakan sebagai areal Hutan Wisata seluas 105 Ha.

Pulo Tao, restoran dan camping ground berada di Pantai Desa simanindo.

Tuktuk Siadong, kawasan berbentuk tanjung peninsula yang strategis sehingga saat ini menjadi pusat kegiatan wisata (central tourism district), dipenuhi oleh usaha hotel dan restoran serta pelukis dan pengukir.

Bukit Beta Kite Internasional, areal khusus di Tuktuk Siadong yang telah ditabalkan oleh Gubernur Sumatera Utara Bpk. T. Rizal Nurdin pada Bulan Agustus 2004 menjadi lokasi permainan layang-layang Internasional



Kecamatan Pangururan
Obyek Wisata Alam

Pemandian Air Panas, berjarak 3 KM dari Kota pangururan

Obyek Wisata Sejarah

Terusan Tano Ponggol, terusan yang memisahkan Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera yang dibuat oleh Kolonial Belanda dan sampai sekarang masih berfungsi.

Persanggarahan, bangunan peninggalan colonial Belanda yang pada saat ini digunakan sebagai kantor dan kediaman Penjabat Bupati Samosir, berada di Kota Pangururan.

Patung Liberty Malau, Sebuah eptembe bersejarah pejuang angkatan 45 yang membantu kemerdekaan Republik Indonesia.

Obyek Wisata Seni dan Budaya

Open Stage, bangunan panggung terbuka yang berada di tengah Kota Pangururan sebagai tempat atraksi seni dan budaya.

Komunitas Tenun Ulos Batak, kelompok masyarakat yang mengerjakan tenun tradisional ulos batak di desa Lumban Suhi-suhi berjarak + 4 Km dari Kota Pangururan.



Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Obyek Wisata Alam

Gunung Pusuk Buhit, asal mula suku Batak

Aek Boras, sumber mata air Guru Tatea Bulan

Aek Sipitu Dai, Sumber air yang dapat dialirkan menjadi tujuh saluran dan memiliki tujuh rasa serta dapat diyakini menyembuhkan berbagai penyakit.

Batu Sawan, Batu tempat air rasa jeruk purut

Pulo Tulas, Pulau kecil di tengah Danau Toba

Obyek Wisata Sejarah

Batu Parhusipan, tempat pertemuan Si Boru Pareme

Batu Pargasipan,

Batu Nanggor, Bukit martil batu tempat Seribu Raja menempa senjata

Batu Hobon, batu tempat penyimpanan barang pusaka.

Sigulatti, Tempat di pegunungan Pusuk Buhit yang diyakini asal mula orang Batak.



Kecamatan Onan Runggu
Obyek Wisata Alam

Lagundi Sitamiang, lokasi untuk perkemahan yang dilengkapi dengan pondok remaja

Tambun Surlau, tempat pemandian alam dengan air yang segar dan udara yang sejuk

Hariara Na Bolon, fenomena alam dimana bebrapa pohon beringin (hariara) menyatu membentuk pohon yang sangat besar

Pantai Bebas Sukkean, pantai dengan pasir putih yang masih alami dan telah sering dikunjungi wisatawan mancanegara untuk mandi dan berjemur.



Kecamatan Harian Boho
Obyek Wisata Alam

Menara Pandangan Tele, menara tmpat memandang panorama Danau Toba dari ketinggian pegunungan Tele.

Partukko Naginjang, di Desa Martahan

Janji Martahan, tempat pendaratan peterbang laying

Air Terjun Sampuran Efrata Sosor Dolok, dengan tinggi 26 M dan lebar 10 M berada 3 KM dari Harian Boho

Mata Air Pohan Pokki, di Sihotang berjarak 2 KM dari Pelabuhan Sihotang



Kecamatan Nainggolan
Obyek Wisata Sejarah

Batu Guru, Sebuah Batu yang mempunyai tiga pondasi yang diyakini menjadi slogan orang Batak yaitu “dalihan Natolu “

Obyek Wisata Alam

Pantai maria Raja, Pantai bebas di Desa Maria Raja dengan pasir putih dan air danau yang jernih untuk pemandian dan rekreasi.



Kecamatan Sitio-Tio
Obyek Wisata Sejarah

Mata Air Datu Parngongo, + 4 Km dari Dermaga Tamba adalah mata air bertuah yang dibuat oleh seorang Datu Parngongo yang terdapat di lerng bukit yang sangat curam.

Obyek Wisata Alam

Pantai bebas, Lokasi di desa Sabulan

Pemandian Boru Saruding, berada di Ranssangbosi sekitar + 35 Km dari Pangururan.



Kecamatan Ronggurnihuta
Obyek Wisata Alam

Danau Sidihoni, sebuah danau di tengah Pulau Samosir yang menjadi keunikan tersendiri dengan sebutan danau diatas danau.

Aek Liang, sebuah fenomena alam mata air di dalam goa.

Gua Sidam-dam

Batu Sidam-dam, batu hitam yang masih suci dan sacral

Obyek Wisata Sejarah

Simalinting, sebuah kubur besar



Kecamatan Palipi
Obyek Wisata Sejarah

Batu Rantai, di Kota Mogang

Piso Somalim, merupakan tempat bersejarah di Mogang

Obyek Wisata Alam

Air Panas Simbolon, kawasan berbatu belerang dimana terdapat mata air panas yang masih alami.

Minggu, 22 November 2009

Pemkab Samosir memproyeksikan daerahnya sebagai salah satu tujuan wisata andalan di Sumatera Utara pada 2010. Sebab, Samosir yang berada di tengah-t

Hal ini dikemukakan Bupati Samosir Mangindar Simbolon kepada Gubernur Sumut H Syamsul Arifin di Gubernuran Medan, Jumat (29/5), saat mempresentasikan Grand Strategi Pengelolaan Koloboratif Pembangunan Kabupaten Samosir dalam Mewujudkan Kabupaten Pariwisata 2010.

“Selama ini, kegiatan wisata di sana selalu dimulai dari tempat kematian, yakni dari makam keturunan Raja Sidabutar. Konsep seperti ini kami nilai salah. Yang sebaiknya adalah memulainya dari sumber kehidupan, yakni Pusuk Buhit,” ucap Simbolon memulai presentasinya.

Presentasi itu turut dihadiri Kepala Bappeda Sumut Riadil Akhir Lubis, Kadis Pariwisata Sumut Nurlisa Ginting, Kadis Kehutanan Sumut JB Siringoringo, dan Kadis PU Bina Marga Sumut Umar Zunaidi Hasibuan. Pada kesempatan itu Mangindar mengaku, pengembangan dan arah kebijakan objek wisata di Samosir yang menjual nilai-nilai eksotis Danau Toba selama ini sudah jauh melenceng dari arah yang sebenarnya harus dilakukan.

Beberapa indikator arah pembangunan menuju kabupaten pariwisata 2010 yang perlu diperhatikan, menurut Simbolon, antara lain pembangunan jalan lingkar dalam Danau Toba (Inner Ring Road Danau Toba/IRRDT) di Pulau Samosir. Kondisi IRRDT itu menurutnya hanya butuh solusi penangaanan antara ruas Onangrungu–Pangururan–ke lokasi Hot Spring. Sebab, jalur ini merupakan daerah patahan gempa.

Sedangkan kondisi jalan lingkar luar Danau Toba atau Outer Ring Road Danau Toba (ORRDT) sepanjang 248,53 kilometer, menurut Simbolon, sampai kini terus dipacu realisasinya. Megaproyek yang merupakan tindak lanjut Deklarasi Kesepakatan Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba (Lake Toba Ecosystem Managemen Plant/LTEM) berbiaya sedikitnya Rp385,3 miliar itu sejak 2006 telah disepakati pekerjaannya oleh Pemprov Sumut dengan pemerintah tujuh kabupaten.

Skema pendanaannya adalah 60 persen dari APBN, 20 persen APBD Sumut, dan 20 persen oleh ABPD tujuh kabupaten. Ketujuh kabupaten itu adalah Samosir, Toba Samosir, Simalungun, Humbang Hasundutan, Dairi, dan Karo. “Sampai kini, tujuh kabupaten sudah sepakat menandatangani nota kesepahaman terkait promosi Danau Toba. Bahwa objek wisata itu akan ditangani sepenuhnya oleh swasta profesional dalam sebuah organisasi bernama Danau Toba Tourism Board (Badan Pariwisata Danau Toba). Ini merupakan salah satu poin dalam grand strategi tadi,” ungkap Simbolon.

Tanggapan Pemprov Sumut melalui Gubsu Syamsul Arifin, pada prinsipnya mendukung konsep pembangunan tersebut. Namun demikian, sejumlah SKPD di Pemprov Sumut menekankan agar konsep itu tidak hanya mengembangkan potensi alam semata. Tetapi juga mengembangkan SDM, khususnya orang Batak di kampung halaman agar bisa meningatkan citra sadar wisata.

“Konsep seperti Samosir ini mudah-mudahan diikuti daerah lainnya. Sehingga Samosir sebagai jarumnya, dan lainnya sebagai benangnya. Kepada masyarakat, saya mohon untuk memberikan dukungan, dan pemda juga jangan jalan sendiri-sendiri,” ucap Syamsul. zul

Sabtu, 31 Oktober 2009

LEGENDA-LEGENDA DAN KEUNIKAN DI TANAH BATAK

1 LEGENDA PUSUK BUHIT
2 LEGENDA SIRAJA BATAK
3 LEGENDA DANAU TOBA-SAMOSIR
4 LEGENDA AEK SIPITU DAI
5 LEGENDA BATU SAWAN
6 LEGENDA DATU PARNGONGO
7 LEGENDA SIPISO SOMALIM
8 LEGENDA PARHUDAMDAM
9 LEGENDA SI BORU SARODING
10 LEGENDA NAN TINJO
11 LEGENDA SI BORU PAREME
12 LEGENDA BATU PARHUSIPAN
13 LEGENDA BATU PARGASIPAN
14 LEGENDA SI RAJA LONTUNG
15 LEGENDA PAROMASAN
16 LEGENDA BATU MARTINDI
17 LEGENDA BATU RANTE
18 LEGENDA BATU GURU
19 LEGENDA TAO SILALAHI
20 LEGENDA TUKTUKSIADONG (TUKTUK SIASU)
21 LEGENDA RUMAH ADAT BINANGA ARA
22 LEGENDA LIANG SIPOGU di sangkal
23 LEGENDA RAJA SIDABUTAR
24 LEGENDA BATU PERSIDANGAN
25 LEGENDA PULO TAO/PULO MALAU
26 LEGENDA PULO TULAS
27 LEGENDA PULO TOLPING
28 LEGENDA TAO SIDIHONI
29 legenda liang onanrunggu
30 legenda na martua si oma di silima lombu
31 legenda silengge di ambarita

POTENSI WISATA DI SAMOSIR, TANAH DIATAS DANAU

I.POTENSI BUDAYA/SEJARAH
1.Kawasan Cagar Budaya Pusuk Buhit dengan tempat bersejarah perkampungan si Raja Batak (perkampungan 5 sub etnis Batak)
2.Batu Sawan (batu mengeluarkan air rasa jeruk purut dan pemandian si Raja Batak
3.Batu Hobon (batu tempat menyimpan harta karun-pusaka orang Batak,
4 Batu Parhusipan;, Batu Pargasipan;
5 Aek Sipitu Dai (mata air 7 rasa, dan pancuran khusus)
6 Aek Siboru Pareme (tempat pemandian khusus),
7 Aek Boras (tempat pengambilan air Guru Tatea Bulan)
8 Patung Guru Tatea Bulan,
9 Aek Rangat (pemandian air panas belerang)
10Pulau Tulas di Danau Toba kaki Pusukbuhit
11Perkampungan Si Raja Batak di Sagala
12Tano Ponggol (Terusan), menghubungkan Danau Toba dari arah Selatan ke Utara (sebaliknya) dan di atasnya sebuah Jembatan menghubungkan Pulau Samosir ke Pulau Sumatera melalui Jalan Tele.
13Mata air dan Pohon Pokki, di Sihotang. 2 km dari Pelabuhan Sihotang. Air jernih milik boru Sihotang, di bawah pohon pokki
14Sentra Tenun Ulos Batak, di Desa Lumban Suhi- suhi, 4 km dari Pangururan
15Aek Liang, sebuah gua berisi air memberi dan memenuhi kebutuhan air Desa Aek Liang.
16Gua Sidamdam dan Makam Si Damdam, tempat persembunyian Pahlawan Si Damdam Malau melawan musuh. Beliau dikebumikan di Desa Siambalo Rianiate
17Gua Simalliting, sebuah lubang besar di Desa Aek Liang, 2 km ke arah Barat Danau Sidihoni. Di lokasi pengunjung dapat melempar batu dan akan menimbulkan bunyi gemerincing.
18Batu Hitam, di Desa Sabungan ni Huta, 5 km dari Pangururan. Konon batu berwarna hitam ini dianggap suci dan sakral. Sering didapati burung yang hinggap di atasnya mati, dan menurut para orangtua di tempat ini orang harus berperilaku sopan.
19Batu Rantai, terdapat di Kota Mogang, tempat bersejarah. Di lokasi terdapat batu yang berpindah- pindah, sehingga oleh Pemerintah Belanda pada Zaman penjajahan batu tersebut diikat dengan rantai supaya tidak berpindah- pindah lagi.
20Makam si Piso Somalin, merupakan tempat bersejarah di Kota Mogang, 30 km dari Panguuran. Piso adalah sebuah pisau yang digunakan untuk melerai pertentangan antara 2 kelompok masyarakat yang bertikai hebat pada zaman dahulu. Konon Pisau Somalim sangat ampuh dan menciptakan rasa aman- kedamaian bagi masyarakat.
21Pemandian Boru Saroding, sebuah sumber air pemandian para putri cantik yang turun dari kayangan. Dahulu seorang putri terpaksa tidak bisa kembali dan menjadi Istri seorang Pria dan memberi keturunan. Pemandian Boru Saroding berada di Desa Ransang Bosi sekitar 35 km dari Ibu Kota Pangururan. Penduduk disekitar ramah dan bersahabat.
22 Mata Air Datu Parngongo, terletak 4 km dari Pelabuhan Tamba Kecamatan Sitiotio, arah lokasi menuju bukit. Air jernih, terawat dengan baik,masyarakat meyakini air mempunyai khasiat menyembuhkan penyakit.
23 Gua Datu Parngongo, berada dilering bukit di bawah Mata air Datu Parngongo. Konon gua digunakan untuk tempat semedi Datu Parngongo dalam mempertahankan diri menghadapi musuh.
24 Sigale gale di Tomok; Sigale-gale adalah sebuah patung seorang yang terbuat dari kayu mirip manusia, peninggalan Raja Manggale; yang dapat digerakkan untuk menari bersama gadis-gadis/putri cantik diiringi gondang oleh para musisi tradisonal handal. Berada disebuah kompleks perumahan Batak, 300 m dari Pelabuhan Pariwisata atau Pelabuhan Ferry Tomok. Menuju lokasi terdapat toko- toko Souvenir khas Batak Samosir.
25 Batu Persidangan ( Siallagan Court Stone) dan Batu Parhapuran. Terdapat di huta Sialagan, dikelilingi tembok batu setinggi 1,5 m. Berada di pinggiran Danau Toba, 1 km dari Ambarita Ibu kota Kecamatan Simanindo. Merupakan tempat bersejarah, tempat Raja Siallagan zaman dahulu mengadili para penjahat.
Disebut Batu persidangan karena terdiri dari banyak kursi yang terbuat dari batu- batu besar.Di sudut kampung/huta terdapat patung kuno yg menunjukkan kebesaran kerajaan Sialagan. Didalam huta ini terdapat rumah adat Batak kuno dan museum peralatan rumah tangga zaman dulu.
26 Kuburan Tua, Lesung, Pagar Batu dan Bontean (tambatan solu/kano) di Desa Lontung. Terdapat di perkampungan Raja- raja zaman dahulu yang diperkirakan 300 th silam, dipagari Batu-batu besar (Pasir Debata). Lesung memiliki cucuk pengikat, yang pada zaman duhulu diterbangkan dalam suatu persaingan antar Raja. Bontean adalah tambatan solu/kapal zaman dulu.
28 Huta Gok Asi, sebuah tempat atraksi budaya suku Batak di Simanindo. Dari lokasi terlihat Pulo Tao sebuah Rest Area/tempat beristirahat dan Hotel yang indah di tengah Danau Toba.
29 Liang Sipogu, sebuah gua-lobang besar menjorok kedalam tanah di desa Sangkal, dibawah jalan lintas Ambarita-Simanindo, adalah tempat para ibu-ibu dan anak gadis menganyam tikar; lobang ini panjang ke dalam sekitar 10 meter dan lebar 5 meter dengan pintu masuk mengarah ke pantai Danau.
30 Tuk-tuk Siadong, adalah tanjung, saat ini merupakan ressort yang dipenuhi Hotel dan Wisma serta para seniman pengukir dan pelukis khas suku Batak, sekitar 5 km dari kota Ambarita. Dapat ditempuh dengan kapal 40 menit dari Parapat dan Tiga Raja. Di Resort ini tersedia fasilitas yang dibutuhkan wisatawan seperti internet, entertainment dan berbagai menu makanan khas, nasional dan internasional; fasilitas open stage dan gedung kesenian untuk kegiatan seni-budaya dan olahraga;

31 Souvenir shop, tempat penjualan hasil kerajinan rakyat yang bernuansa budaya dan dijadikan sebagai souvenir juga terdapat di kawasan wisata Tomok, Tuktuksiadong, Ambarita.

II. POTENSI AGRIBISNIS

1 Kawasan Danau Sidihoni dan Kec. Ronggurnihuta terhampar perkebunan kopi rakyat, dan tanaman hortikultura serta buah-buahan
2 Kawasan Aek Natonang di Kec.Simanindo, kawasan Aek Tawar di Ronggurnihuta, terdapat tanaman perkebunan rakyat dan kehutanan, perikanan/peternakan.
3 Kawasan Partukonaginjang dan Tele untuk areal kebun bunga, dan kawasan Kebun Raya di Tomok Kec.Simanindo. 4 Kawasan Tamba, Sihotang, Sianjurmula-mula, Palipi yang merupakan lumbung pangan di Kabupaten Samosir.

III.POTENSI ALAM/LINGKUNGAN

1 Kawasan Pusuk Buhit di Sigulatti (perkampungan Batak pertama), Sitao-tao dan Sijamburnabolak, merupakan tempat yang strategis untuk menikmati panorama/ pemandangan alam ke arah Danau Toba, Pulau Samosir dan kawasan lembah Sianjurmula-mula. Hamparan Danau Toba yang terluas ke arah Tongging dapat dilihat dari tempat ini. Direncanakan di kawasan ini dibangun Garden of Prayer.
2 Menara Pandang Tele, 2 km dari jalan raya simpang Tele menuju Ibu Kota Kabupaten Samosir Pangururan atau 22 km dari Pangururan menuju Jalan Raya Tele, merupakan satu-satunya akses jalan darat menuju Kabupaten Samosir.
3 Partukko Naginjang, tempat untuk menikmati panorama alam Danau Toba dan Samosir yang indah, lokasinya tidak jauh dari Tele.
4 Pemandian Air Panas (Aek Rangat) bercampur belerang di Kelurahan Siogung-ogung 2,5 km dari kota Pangururan, dikaki Pusuk Buhit dan dipinggiran Danau Toba.
5 Pantai Pasir Putih Parbaba, 200 meter ke arah danau dari jalan lingkar Samosir, merupakan tempat rekreasi yang indah dan nyaman, tempat berenang, dan bermain-main bagi anak-anak; pantai yang landai hingga 50 meter ke danau;
6 Air Terjun Sampuran Efrata, desa Sosor Dolok, air terjun setinggi 26 meter dan lebar 10 m. Berada 3 km dari Kota Harian. Sumber air dari dalam bukit, jernih bisa langsung diminum, dingin dan sejuk.
7 Danau Sidihoni, sebuah danau di atas Danau Toba, 8 km ke arah Timur dari Ibu kota Pangururan. Konon warna airnya dapat berubah- ubah dan kering sebagai pertanda akan terjadi sesuatu.
8 Pemandian Air Panas Simbolon, di desa Simbolon, di pinggiran Danau Toba, 15 km dari Ibu Kota Pangururan. Di lokasi pengunjung dapat menyaksikan asap/uap panas berbau belerang yang keluar dari perut bumi.
9 Lagundi Sitamiang, sebuah resort/wisma untuk perkemahan remaja. Disekitar terdapat pemandian alam dan pondok, camping ground, menghadap Danau Toba .
10 Tambun Sukkean, tempat pemandian alam dan panorama Danau Toba di Desa Tambun Sukkean. Akses Jalan dan Transportasi menuju daerah ini belum memadai.
11 Pohon Besar (Hariara Bolon), disebut sebagai pohon terbesar di dunia, terbentuk dari beberapa pohon menyatu menjadi satu. Banyak dikunjungi Tourist dari manca negara terutama Korea dan Jepang.
12 Aek Natonang, di Desa Tanjungan, 18 km dari Tomok, pada ketinggian 1.000 m dpl. Sebuah danau di atas Danau Toba, dikelilingi Hutan dan pepohonan. Direncanakan sebagai Hutan Wisata, dengan luas 105 ha. 1 km dari lokasi ini terdapat Panatapan, suatu dataran yang merupakan tempat memandang Danau Toba, yang sangat indah menawan.
13 Pantai Bebas Sukkean, Danau Toba, dengan pantai pasir putih, penuh batu – batu putih. Dapat digunakan mandi, berjemur menyaksikan keindahan Danau Toba. Dapat ditempuh 2 jam dari Pangururan lewat Jalan Raya atau 30 menit dari Tomok ke arah Lagundi. Dari Sukkean, ke Pohon Besar hanya jarak 1 km.
14 Pantai Pasir Putih, di desa Marria Raja dengan pasirnya yang putih di tepi Danau Toba. Berada sekitar 3 km dari Kota Nainggolan. Pantai Pasir Putih digunakan untuk wisata mandi alami dengan air Danau Toba yang jernih dan dingin.
15 Gua Marlangkop di desa Tanjungan,


IV. POTENSI OLAH RAGA

1 Partukko Naginjang berada di jalan lintas Sidikalang-Doloksanggul, layak untuk tempat kegiatan olahraga terbang layang (gantole, paralayang) dan Janji Martahan sebagai tempat mendarat peterbang layang dari Partukko Naginjang. Panoramanya indah dan hawa sejuk.
2 Danau Sidihoni, sebuah danau di atas Danau Toba, 8 km ke arah Timur dari Ibu kota Pangururan, dapat digunakan untuk lomba layar atau olah raga lainnya. Akses Jalan dan Transportasi menuju daerah ini sudah memadai.
3 Perairan Bebas Ambarita, di Pantai Ambarita. Tempat pemandian dan memancing, olah raga layar. Akses Jalan dan Transportasi menuju daerah ini cukup memadai.
4 Danau Toba di kawasan Tuktuk-Tomok; tempat olah raga renang, menyelam dan berlayar, sangat strategis karena berada di kawasan teluk/tanjung.
5 Pantai Pasir Putih Parbaba, tempat olahraga volly pantai, renang, dayung dan tempat hiburan/permainan anak-anak.
6 Bukit Siulakhosa, tempat olahraga gantole dan paralayang, terbang mengelilingi kawasan Tomok dan Tuktuksiadong dan mendarat di Bukit Betha atau pantai Danau Toba.
7 Kawasan Bukit Betha dan Open Stage Tuktuksiadong serta kawasan Ambarita untuk olah raga Atletik, Sepeda, Motor Cross, dan sebagainya.
8 Olahraga yang diminati secara lokal antara lain : catur, renang, menyelam, dayung, bolakaki, bola volly, atletik dan beberapa olahraga tradisional seperti Margala, Engrang, Lari/jalan lintas alam.

TORTOR BATAK , EKSPRESI SENI BUDAYA, HIBURAN DAN KOMODITI WISATA

Ketika disebut “tortor Batak” maka yang terbayangkan adalah sekelompok orang (Batak Toba) yang menari (manortor) diiringi seperangkat alat musik tradisional (gondang sabangunan) dengan gerak tari yang gembira ria, lenggak-lenggok yang monoton, yang digelar dalam sebuah pesta (suka/duka) di kawasan Tapanuli

Dulu, tradisi manortor pada umumnya berlangsung dalam kehidupan masyarakat Batak di beberapa kawasan antara lain wilayah Samosir, wilayah Toba dan sebagian Humbang, sementara untuk kawasan Silindung setelah masuknya keKristenan dikenal budaya “menyanyi” dan tarian “moderen” dan di kawasan Pahae dikenal tumba (tarian gembira dengan lagu berpantun) seperti disebut Pahae do mula ni tumba.

Perkembangan selanjutnya hingga memasuki abad “modern” masyarakat Batak membawa seni budayanya ke tanah perantauan di luar Tapanuli termasuk seni tortor yang pada awalnya menggunakan musik rekaman (caset) hingga akhirnya seperangkat alat gondang sabangunan dibawa hijrah yang kemudian kelompok musik tradisionalnya melayani masyarakat Batak sekaligus mata pencaharian/bisnis musik

Di tahun 70-80 an, hampir semua kegiatan adat masyarakat dilakukan dalam bentuk tortor dan gondang sabangunan, baik dalam pesta adat perkawinan, pesta peresmian rumah parsattian, pesta tugu, pesta membentuk huta/perkampungan juga pesta adat kematian orangtua, bahkan kalangan pemuda menggelar “pesta naposo”sebagai ajang hiburan dan perkenalan (mencari jodoh). Pesta Naposo, di beberapa daerah disebut juga pesta rondang bulan (Samosir), pesta rondang bintang (Simalungun)

Tidak ketinggalan Pemerintah Daerah Tapanuli Utara, dalam rangka pelestarian seni budaya Batak Toba selalu menggelar festival tortor menjelang perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang dilakukan sejak tingkat Kecamatan hingga diperoleh utusan dari 5 wilayah (Silindung, Humbang I, Humbang II, Toba dan Samosir) untuk mengikuti Festival Tortor Tingkat Kabupaten, dan selanjutnya juara-juara menjadi peserta pada Festival Tortor di tingkat Propinsi. Setelah otonomi daerah, masing-masing Kabupaten ex Tapanuli Utara juga menggelar festival tortor dalam berbagai kegiatan pesta perayaan hari jadi atau hari-hari besar lainnya juga untuk kegiatan kepariwisataan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan bergulirnya waktu, kehadiran gerak tari yang trend di tahun 90-an seperti dansa, jojing dsb, simultan dengan munculnya alat musik elektronik (keyboard), di beberapa wilayah Tapanuli, penggunaan tortor dan gondang sabangunan hampir tidak kelihatan lagi, hingga bila masyarakat ingin menyaksikan gondang sabangunan dan tortor Batak harus secara khusus ke daerah wisata yang memang tersedia kelompok seni budaya tradisionalnya seperti Tomok, Simanindo, Pangururan di Samosir, Perkampungan Wisata di Jangga kec.Lumbanjulu Toba, sementara kelompok gondang sabangunan kelihatannya “bubar” atau hijrah ke luar bona pasogit antara lain ke Jakarta/Jawa, Riau dsb dan kalaupun ada hajatan/pesta yang menginginkan gondang Batak biasanya dipesan dari wilayah Toba (Balige, Porsea, Laguboti) dan wilayah Samosir, sedang di wilayah Humbang peralatan musik gondang yang digunakan kelihatannya tidak lengkap (hanya ada beberapa buah taganing, ogung dan seruling).

Hingga memasuki abad 21, alat musik yang dipergunakan kelihatan merupakan campuran dari alat musik modern (keyboard, drum) dengan alat musik tradisional (taganing, seruling) saja, dan hampir seluruh daerah/wilayah memilikinya dengan menggunakan “lagu/nyanyian” modern yang diciptakan seiring dengan trend lagu yang berkembang. Mungkin bagi orang-orang yang mendalami adat dan seni budaya Batak tradisional, kondisi ini sedikit menimbulkan pertentangan bathin bahkan tidak respek, sementara bagi masyarakat umum tidak mempersoalkannya bahkan menikmatinya.

Ada ironi yang terjadi dalam penyelenggaraan pesta yang menggunakan musik modern atau campuran sebagaimana disebutkan diatas, yakni ketika penyelenggara (hasuhuton) dan para tetamu, undangan (naniontang) akan manortor, maka dia meminta pemusik untuk menggelar musiknya dengan menyebut “Panggual-Pargonsi, baen hamu ma jo gondang i, asa manortor hami, baen hamu ma gondang mula-mula, gondang somba, gondang simonang-monang, gondang hasahatan sitio-tio”. Maka kelompok musik akan menabuh drum dan membunyikan keyboardnya dengan lagu-rythim modern dan tarian yang dipertunjukkan sudah pasti tarian “modern” bukan lagi tortor Batak.

Kondisi yang demikian tentu akan semakin mempercepat punahnya tortor Batak dan musik tradisional Batak-gondang sabangunan, hal ini sudah menggejala dan kelihatan nyata terutama bagi generasi muda Batak, mereka tidak lagi mengetahui tortor dan musik Batak yang sebenarnya, yang mereka ketahui adalah apa yang mereka lihat selama ini “musik dan tarian modern” yang ddigelar dalam pesta-pesta, itulah tortor dan musik Batak. Timbul pertanyaan, haruskah kita biarkan tortor-musik tradisional Batak ini punah ? Bukankah tortor dan musik Batak tersebut adalah identitas budaya Batak dalam keragaman seni budaya Indonesia ?

Tortor, makna kehidupan seni-budaya orang Batak

Sebagaimana lazimnya dalam berbagai etnis di dunia, gerak tari sebagai bagian dari seni budaya merupakan refleksi dan perwujudan dari sikap, sifat, perilaku dan perlakuan serta pengalaman hidup masyarakat itu sendiri. Bahasa menunjukkan bangsa, sebut para budayawan, maka tarian/gerak adalah juga bahasa (tubuh) yang menggambarkan bangsa.
Dalam tarian tergambar cita rasa, daya cipta dan karsa dari sekelompok orang-orang. Tarian Melayu yang lemah gemulai, tarian Nias atau Papua yang menghentak-hentak, atau tarian Mexico yang cepat-sigap, menggambarkan bahasa hati/jiwa, sikap hidup mereka.
Akan halnya tortor Batak, tidak jauh berbeda dengan makna yang digambarkannya dalam gerak yang selalu diiringi oleh musik tradisional gondang sabangunan. Tortor Batak juga menggambarkan pengalaman hidup orang Batak dalam kehidupan keseharian, gembira/senang, bermenung, berdoa/menyembah, menangis, bahkan keinginan-cita-cita dan harapan dan lain sebagainya dapat tergambar dalam Tortor Batak. Karenanya, penulis tidak menerima pernyataan sementara orang-orang bahwa Tortor Batak sifatnya ”monoton” atau begitu-begitu saja.

Di era masuknya agama Kristen ke tanah Batak, pernah terjadi di sebuah wilayah bahwa tortor Batak tidak diperbolehkan dipagelarkan dalam pesta atau hajatan lain, karena dianggap bernuansa ”animisme” bahkan di zaman inipun justru ada ”agama” yang mengharamkan menggunakan ulos,, tortor, gondang sabangunan dan adat Batak dengan alasan bahwa mereka yang menggunakannya bukan orang yang beragama. Kenyataan di dalam masyarakat, ulospun dibakar, mereka yang menggelar gondang dan tortor Batak dikeluarkan dari sekte gereja.

Penulis pernah mengalami sebuah peristiwa yang menyedihkan dan menganggap saya dengan isteri bertindak diluar kebiasaan agama Kristen (mungkin dianggap sipelebegu/animisme).
Ceritanya begini : Disebuah desa, paman saya yang sudah tua dan sudah memiliki anak cucu (saur matua) meninggal dunia dan oleh keluarga digelar hajatan/pesta adat dengan gondang sabangunan dan tortor serta memotong kerbau untuk konsumsi dan adat.
Lazimnya rombongan pelayat akan meminta 3 atau 5 gondang/tarian termasuk rombongan kami. Ketika itu keluarga paman meminta untuk bergabung dalam acara manortor (menari) serta meminta secara khusus isteri saya (posisi boru) untuk manortor karena tahu persis bahwa isteri saya adalah panortor (penari Batak).

Maka isteri saya yang kelahiran Samosir turut manortor dan berbicara bahwa dia tidak paham menangisi jenazah ala Toba (mangandung) sehingga sebagai ganti dari ”andung” dilakukan dengan tortor dan untuk itu diminta agar pemusik/pargonsi mengiringi tortor ”Parsiarabu” dengan gondang ”Habonaran/Malim” yang ritmenya lambat (walaupun diakhir episode menjadi ritme cepat/gembira). Ketika gondang sudah dibunyikan dan tortor sudah dilakukan dengan gerak dan gaya menangis (ulos dipakai terbuka dipundak sampai ke kepala), tiba-tiba beberapa penatua gereja menghentikan gondang dan tortor, dengan alasan : jangan diteruskan, ini gondang dan tortor sipelebegu, bertentangan dengan agama/gereja kami. Dengan tenang saya jelaskan bahwa kami juga dari gereja yang sama, bahkan jemaat dari gereja kantor pusat, dan paham betul tentang aturan dan peraturan gereja dimaksud.

Namun para penatua tetap berkeras untuk menghentikan ”tortor andung” dari isteri saya. Walaupun demikian saya mohon agar keluarga dan semua pelayat memberi kesempatan agar tortor diteruskan sekaligus membuktikan bahwa tortor tersebut bukan berbau animisme, karena gondang/tortor tersebut berakhir dengan rytme yang cepat dan gerak tortor yang gembira (ndada tarlanggishon tumagonanma ni longgoshon, ndada tartangishon tumagonanma ni tortorhon).

Dari contoh diatas, penulis ingin menggambarkan bahwa tortor Batak adalah memaknai kehidupan seni-budaya Batak, persoalannya apakah bertentangan dengan agama atau tidak tergantung kepada cara pandang dan pemahaman kita. Bahkan akhir-akhir ini, justru dalam kebaktian agama (gereja) tortor dan gondang Batak telah menjadi bagian dan pendukung acara kebaktian (misalnya lakon pengakuan dosa dan mengantar persembahan digambarkan/dikoreografis dengan tortor Batak).

Gambaran kehidupan orang Batak sebagaimana direfleksikan dalam tortor Batak tentu akan dapat dipahami melalui urut-urutan dan nama musik gondang yang diminta oleh tetua kelompok (paminta gondang), biasanya didahului dengan Gondang Mula-mula, Gondang Somba, Gondang Mangaliat, Gondang Simonang-monang, Gondang Sibungajambu, Gondang Marhusip, dan seterusnya yang diakhiri dengan Gondang Hasahatan Sitio-tio.

Demikian juga tortor/gerakan yang dilakonkan akan berbeda sesuai dengan irama dari gondang yang dibunyikan oleh Pargonsi (Pemusik). Bagi mereka yang mengetahui, memahami dan menikmati irama gondang dan tortor akan menyadari betul apa yang digambarkan dan dimaknai tortor yang dipagelarkan. Dengan demikian, semua orang Batak dapat manortor tetapi tidak semua disebut panortor (penari) atau ”pandai manortor” karena untuk menjadi panortor Batak haruslah memiliki talenta dan latihan yang kontinu.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Tortor (Batak)

Dalam melakonkan Tortor, sudah barang tentu tidak sekedar membuat gerak tangan, kaki atau badan, juga gerak mata (pandangan) dan ekspressi (mimik) tetapi juga musik pengiring yang dipergunakan harus berirama Batak yakni gondang sabangunan yang terdiri ada taganing, ogung (doal, panggora, oloan), sarune, odap gordang dan hesek, sebab gerakan manortor harus mengikuti irama/rytme perangkat musik tersebut. Selain itu, pakaian yang lazim digunakan juga harus sesuai dengan motif Batak, misalnya selendang atau ulos yang dipakai tergantung maksud dan tujuan acara-pesta seperti ulos sibolang, ragi idup, tali-tali, suri-suri dsb.
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa gerak tortor Batak berbeda dalam setiap jenis musik yang diperdengarkan dan berbeda pula gerak tortor laki-laki dan gerak tortor perempuan. Menurut para pemerhati tortor, bahwa tortor yang dilakonkan juga dibedakan antara tortor raja dengan tortor natorop.

Sementara perangkat lain dalam acara tortor Batak biasanya harus ada orang yang menjadi pemimpin kelompok tortor dan pengatur acara/juru bicara (paminta gondang), untuk yang terakhir ini sangat dibutuhkan kemampuan untuk memahami urutan gondang dan jalinan kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang.

Selain perangkat pakaian manortor sebagaimana disebut diatas, ada beberapa prinsip manortor (tortor) yang harus diperhatikan oleh panortor/penari antara lain :
1. Untuk manortor, setiap orang harus berdiri dengan sikap sempurna (berdiri di atas kedua telapak kaki), pandangan rata kedepan.
2. Setiap acara harus dimulai dengan gondang/tortor mula-mula, atas permintaan juru bicara (paminta gondang)
3. Mulailah bergerak/manortor setelah serunai (sarune) sudah berbunyi dalam 1 x 8 hitungan, jadi ukuran waktu untuk mulai manortor bukan bunyi gondang/taganing atau ogung. (ingat : tek-tek mula ni gondang, serser mulani tortor)
4. Perhatikan kecepatan irama gondang dan sarune untuk disesuaikan dengan gerak tangan dan gerak kaki.
5. Birama dan ketukan dari musik Batak dapat dihitung misalnya 1 atau 2 kali 8 ketukan dengan tambahan ketukan sebagai interval dan biasanya digunakan untuk mengganti gerakan manortor 6. Pada gondang mula-mula, sebaiknya tangan dirapatkan diperut dan kemudian diangkat bersama-sama (tutup rapat) hingga ujung jari setinggi hidung, bagi perempuan biasanya pandangan diarahkan ke ujung jari tadi atau ke ujung hidung, sehingga tidak terkesan ”mata liar”
7. Pada gondang somba (menyembah), biasanya panortor akan bergerak dengan tangan/jari rapat seperti ”menyembah” dan bergerak berputar kekiri dan kekanan sesuai irama gondang, badan posisi berdiri tegak setelah itu kembali tutup tortor dengan tangan diatas perut.
8. Pada gondang berikutnya, sesuai dengan jenis gondang yang diminta, panortor memulai dengan posisi tangan seperti point no. 6, dan kemudian sudah dapat membuka tangan-merenggangkan jari, melenggangkan ke kiri kanan atau ke atas pundak, tetapi tangan harus terbuka (menggambarkan tidak ada yang disembunyikan). Biasanya perempuan akan melenggangkan tangannya ke kiri dan ke kanan, satu melekat di pinggang dan satu melekat di depan dada (mungkin menjaga/menangkis sentuhan orang lain), kedua tangan bergantian melenggak-lenggok, baik dalam posisi berdiri atau jongkok.
9. Dalam tortor batak, tangan digerakkan pada bagian jari dan pergelangan tangan, sehingga yang belum terbiasa akan terasa sakit, demikian juga kaki tidak dihentakkan tetapi seperti menjinjit yang bergerak pada bagian ujung jari kaki , sementara pada bagian bokong tidak bergerak ke kiri-kanan seperti berjoget.
10. Bagi panortor Batak, akan kelihatan bahwa sesungguhnya yang bergerak bokong tetapi pada bagian pinggang, demikian juga tangan keseluruhan tetapi lengan pada bagian pergelangan hingga jari tangan dengan bentuk sedikit melengkung pada bongkol induk jari (karenanya bagi mereka yang sungguh-sungguh serius manortor pada awalnya merasa sakit pada kepalan tangan/jari dan lengan).
11. Setiap akhir tortor harus diikuti dengan gerak penutup yakni kedua tangan kembali berada diatas perut
12. Untuk tortor yang dipertandingkan/festival, sesungguhnya panortor tidak diperkenankan memakai perhiasan, termasuk alas kaki (sepatu) atau sandal karena dalam tortor Batak ada gerak manerser (bergeser) dengan kaki telanjang.
13. Untuk gondang hasahatan/sitio-tio (akhir dari acara), semua panortor mengangkat ulos dengan dua tangan dan pada hitungan 2 atau 3 x 8 ketukan gondang dan bersama-sama menyebut horas 3 x.

Prinsip-prinsip yang disebutkan diatas adalah prinsip dasar yang tidak boleh dilupakan oleh setiap orang yang menggelar tortor Batak sebab itulah yang membedakan dan menjadi karakteristik dari tortor Batak.

Jenis tortor Batak dan kriteria penilaiannya
Diatas telah disebutkan bahwa tortor Batak sebagai gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat Batak maka dalam pelaksanaan pagelarannya dapat dikategorikan sbb :
a. Tortor dalam pesta adat (tortor adat)
b. Tortor dalam acara kegembiraan (sukacita)
c. Tortor dalam acara kesedihan (duka), perenungan.
Sesuai perkembangannya muncul jenis/kategori Tortor yang lain yakni :
d. Tortor dalam acara kebaktian gereja (memuji Tuhan)
e. Tortor untuk kepentingan hiburan dan pariwisata (komersil), untuk jenis ini biasanya disebut Tortor Kreasi yang diramu dengan tarian etnis lain, dan yang memiliki mitos historis adalah
f. Tortor patung kayu (Sigale-gale), tortor Siboru Manggale (hikayat terjadinya Dalihan Natolu)
Dari jenis/kategori tortor yang disebutkan diatas, tortor Batak yang biasanya difestivalkan adalah tortor adat dan tortor hiburan/kreasi baru, dengan harapan untuk pelestarian seni budaya tortor, sehingga untuk siap difestivalkan atau diperlombakan, panitia harus menyediakan patokan gerak atau partitur dari tortor serta gondang pengiringnya.

Menurut hemat penulis bahwa dalam festival tortor selain penyediaan partitur tortor, maka hal-hal yang dapat dijadikan kriteria penilaian adalah :
- Koreografi, yakni bentuk dan pola tari yang dipertunjukkan.serta pemahaman atas prinsip-prinsip Tortor Batak.
- Wirama yakni keserasian gerak tari dengan irama musik gondang
- Wiraga yakni gaya dan kegemulaian
- Wirasa yakni kemampuan berekspressi dan
- Penampilan, yakni keharmonisan busana dan tata rias.

Penutup
Bagaimanapun juga, tortor Batak adalah identitas seni budaya masyarakat Batak yang harus dilestarikan dan tidak lenyap oleh perkembangan zaman dan peradaban manusia. Dalam tortor Batak terdapat nilai-nilai etika, moral dan budi pekerti yang perlu ditanamkan kepada generasi muda.

Jika pada waktu belakangan ini dilansir bahwa generasi muda Batak kehilangan jati diri ditandai dengan tidak mampu berbahasa Batak, tidak bersikap seperti orang Batak, tidak memahami seluk-beluk adat Batak, maka ke depan hal ini harus menjadi bagian dari perhatian masyarakat Batak dan Pemerintah di Bona Pasogit.

Kita berterimakasih kepada Pemerintah Daerah yang berupaya melestarikan budaya Batak baik melalui penetapan Belajar Aksara Batak menjadi muatan lokal di sekolah SD, (mungkin perlu hingga tingkat SMP dan SMA); tetapi alangkah baik bila Pemerintah Daerah juga memberi perhatian terhadap pelestarian adat budaya Batak seperti Festival Marhata Adat, Festival Tortor, Festival Marturi-turian, Lomba Menulis Cerita-Legenda/Sejarah dan lain sebagainya.
Kalau di suatu daerah pernah dilakukan pelatihan tortor, tetapi sangat disayangkan peserta pelatihan justru para orangtua yang usianya mendekati uzur, hingga pelatihan itu terkesan sia-sia, mungkin kedepan harus dikaji kembali bahwa pelatihan tortor dan seni budaya Batak ditujukan bagi generasi muda. Akan sangat bermanfaat bilamana Pemkab cq. Dinas Pariwisata menggelar seminar seni-budaya Batak dan festival tortor serta vocal grup (berbahasa Batak) menjadi event tetap sebagai hiburan dan konsumsi wisatawan.

Penulis juga menyarankan kepada para pemerhati adat budaya kiranya memberi peluang pelestariannya baik melalui pelatihan, kurikulum sekolah maupun festival yang melibatkan seluruh komponen, termasuk Lembaga Adat Dalihan Natolu yang masih ditunggu kiprahnya di bona pasogit. Semoga. (Drs.Melani Butarbutar, MM)

Ulos is Batak traditional woven cloth

Ulos is Batak traditional woven cloth. The Batak is an Indonesian ethnic mainly live in the area surrounding Lake Toba in the Province of North Sumatera, but also in other areas like Angkola and Mandailing which border the WS and Riau Prov. Around 60% or 3,5 millions people of Batak today live beyond their ancestral home or areas.

The word Batak simply means the people of God. Before big religions like Christianity and Islam embraced by the Batak, they lived with their old religion, parbaringin or parmalim, by which they worshiped Debata Mulajadi Nabolon or God the Almighty.

According to the Batak Mythology, on the order of Heaven, it was goddess Deak Parujar who weaved the first ulos, namely ragi idup that symbolize male and female or human fertility. Goddes Deak Parujar and god Raja Odapodap become the mother and father of the first earthly human, Raja (King) Ihatmanisia and Boru (Princess) Itammanisia. They continued in making of ulos, as ulos symbolizes the love and blessing of God Almighty. That is the reason that ulos is regarded as having sacred value. The giving or the granting of ulos symbolizes the good wishes or prayer that the recipient person may be granted with heavenly love and blessings. The are many pattern of ulos, like Ragi Idup, ragi hotang, which symbolizes maturity and authority, bintang maratur (ordered stars).

As a symbol of love and blessings, ulos is granted to a marrying couple by the mother and father of the bride and also by members of their clan. The suitable ulos to be granted by the mother and father of the bride is ragihotang. Other member of their clan may grant ulos sadum.

Ulos as a honoured souvenir to some one (leader, guest etc)
Until today it is the practice of Batak people to grant ulos to guest or honourable guest likes a leader(s) of community. In this respect the granted ulos is called Ulos Bulangbulang. Bulangbulang means a respected person for he or she is in the position to protect and promote the interestes of the said community. A piece of Ulos (ragiidup) laid down to guest/leaders shoulder by Older Batak Person (with his wife).

Some one could afford People of Batak believe in their long and old tradition to respect each other and to live in peace. Amazingly that in some patterns of ulos the Batak produced, there are inscription like : Dame ma di hita, means peace be with us. Yes, the believers would always enjoy peace and harmony. The Batak produced their uloses and developed their tradition in looking for heavenly peace and blessing through the granting of ulos among other things.


Bataks believe in peace as they are people of God Almighty, the God of Peace and Blessing. Your are most welcome to meet these peace loving peoples and enjoy the panorama of their inherited natural environment of super beauty, and watch the original Batak culture as lifehood, traditional music and dance. d to buy a ragiidup, but it doesn’t mean that he or she could wear it, for ther is an ethnic in the use of ulos. The first criterion to be able to ware ragiidp is that the person should have a status as ompung (grand father or grand mother).If they are poor peoples than they would choose the wear other pattern of ulos, something like ragihotang or runjat ina for woman, or runjat ama for man. But big leader who is in the position to protect and promote the community interest could be granted with ulos ragiidup, regardless his/her status as ompung or not.

Town and villages by Toba Lake are continuously producing nice uloses with hand weaving technique. Girls or women are the weavers of ulos.The production of ulos with the use of modern machineries is real challenge to them, because uloses made with machineries are much cheaper. Thanks that there are still some privileged peoples who prefer for the hand woven one.

Kamis, 15 Oktober 2009

SAMOSIR ISLAND IN LAKETOBA

Samosir island in Danau (lake) Toba, Sumatera Utara propinsi (North Sumatra province), Sumatra, Indonesia. Approximately 200 sq mi (520 sq km) in area, the island occupies nearly half the lake and is joined to its western shore by an isthmus, at which point is the island’s principal town, Pangururan. In the east, the island rises to 5,350 ft (1,630 m), but the level of the surrounding water is 2,989 ft. The mountain Dolok Pusubukit on the isthmus joining Samosir to the mainland is believed to have been the home of the first Batak, the mythical first ancestor of the Batak people, who inhabit much of Sumatera Utara. The Samosir Batak grow rice, raise cattle, fish in the lake, and raise shallots and garlic for sale. They are mainly Christian, with ancestor worship still important. The island contains many ancient megaliths; tourism is increasingly important to the eastern side of the island.

Senin, 12 Oktober 2009

NORTH SUMATRA - SAMOSIR ISLAND is central tourism of north sumatra



Samosir, or Pulau Samosir, is a large volcanic island in Lake Toba. Lake Toba is located in the north of the island of Sumatra in Indonesia. Administratively, it is governed as 6 of 9 districts within Samosir Regency.

The lake and island were formed after the eruption of a super volcano some 75 000 years ago. The island was originally connected to the surrounding caldera wall by a small isthmus, which was cut through to aid navigation.

At 630km², Samosir is also notable as being the largest island within an island, and the fifth largest lake island in the world. It also has 2 named lakes, Lake Sidihoni and Lake Aek Natonang. Across the lake on the east from the island lies Uluan Peninsula.

The island is actually linked to the mainland of Sumatra on its western part by a narrow land connecting the town of Pangururan on Samosir and Tele on the mainland Sumatra. Tele is one of the place that offer the best view of Lake Toba and Samosir Island.

Samosir is a popular tourist destination due to the vistas it offers. The tourist resorts are concentrated in the Tuktuk area. The island is the centre of the Batak culture and many of this people's artifacts remain on the island. Almost all of the tourist accommodation are concentrated on the small town of Tuktuk, which is one hour ferry ride across the lake from the town of Parapat.(wikipeia)

Pulau Samosir: Surga Pewaris Tano Batak Yang Butuh Perhatian

Pulau Samosir yang terletak di tengah Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara, merupakan daerah pariwisata yang mempesonakan dan telah terkenal, baik secara nasional maupun internasional. Hal ini terbukti dengan berdatangannya cukup banyak wisatawan domestik dan mancanegara, lebih-lebih pada saat musim panas, walaupun pada saat ini jumlah wisatawan asing tampak menurun secara drastis. Pulau yang merupakan asal-usul Suku Batak ini menyimpan segudang misteri dan daya tarik bagi setiap pengunjungnya. Banyak orang menjulukinya "surga dunia para pewaris Tano Batak". Pulau ini dengan danaunya akan selalu mengingatkan orang akan dongeng petani miskin dengan istrinya yang menjelma dari seekor ikan ajaib serta anak mereka yang kurang patuh pada nasehat orang tua. Sekalipun ini hanya sebuah dongeng, ia telah begitu melekat dengan nama pulau dan danau ini.
Danau Toba yang mengelilingi Pulau Samosir menjadi daya tarik utama bagi pulau ini. Danau ini tampak seperti samudera air tawar yang tak bertepi, dan merupakan yang terluas dan terdalam di dunia dengan ketinggian 906 meter di atas permukaan laut, luas permukaan 1,265 km2, dengan panjang 90 km, dan kedalaman rata-rata sekitar 450 meter. Danau Toba telah sejak lama menjadi jalan lalu-lintas air bagi setiap orang yang datang dan pergi ke Pulau Samosir. Setiap jam ada kapal motor yang datang dan pergi dari Pulau Samosir. Tambahan pula, danau ini merupakan sumber air minum, tempat mencuci dan mandi bagi sebagian besar penghuni Pulau Samosir, khususnya mereka yang tinggal di tepi danau.

Beberapa Kendala Pariwisata di Pulau Samosir

Agar prospek pariwisata di Pulau Samosir dan Danau Toba menjadi lebih cerah di masa-masa yang akan datang, pemerintah pusat maupun daerah – dalam hal ini pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah kabupaten di pulau Samosir – perlu mempertimbangkan beberapa hal penting yang berhubungan dengan penyediaan fasilitas umum, yang telah lama menjadi kendala utama setiap wisatawan di Pulau Samosir. Hal-hal penting ini, menurut penulis, adalah sebagai berikut: 1) kwalitas jalan umum yang belum memadai. Ini terbukti dengan kondisi jalan jurusan Tomok-Pangururan yang masih memprihatinkan, dan rusaknya dua jembatan kayu pada jalur jalan Ambarita-Pangururan yang perlu segera ditangani; 2) instalasi listrik yang sering sekali macet. Ini justru sering sekali terjadi di kawasan Tuktuk, yang nota bene merupakan basis utama pariwisata Pulau Samosir; 3) hampir tidak tersedianya hubungan komunikasi – saluran telepon umum dan jaringan Internet. Ini merupakan kendala utama yang membuat para wisatawan tidak cukup betah. Ketika berada di pulau ini kurang dari dua bulan yang lalu, untuk menelepon, penulis harus berjalan kaki dari Tuktuk ke Tomok, yang memerlukan waktu 45 menit. Penulis terpaksa tidak menggunakan akses Internet sama sekali. Sekalipun ada, harganya sangat mahal (sekitar Rp. 25.000,- per jam) dan aksesnya terlalu lambat dan macet sekali; 4) kurangnya promosi budaya lewat kegiatan-kegiatan budaya diadakan secara reguler dengan menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Kegiatan budaya seperti Pesta Rakyat Danau Toba perlu tetap dilestarikan; dan 5) adanya ketidakseragaman tarif penginapan. Terkadang ditemukan perbedaan tarif yang sangat menyolok antara dua penginapan dengan kelas yang sama. Menurut pendapat penulis, perlu dibentuk suatu asosiasi pemilik penginapan yang nantinya dapat berfungsi untuk mengatasi persoalan-persoalan seperti ini.
Salah satu faktor pendukung lain yang tidak kalah penting bagi pembenahan pariwisata di Danau Toba dan Pulau Samosir adalah masa berlakunya visa para wisatawan asing, yang terkesan begitu singkat. Ini tentunya merupakan hak sepenuhnya pemerintah karena pemerintahlah yang memiliki wewenang penuh untuk mengaturnya. Tetapi, seandainya saja para wisatawan asing diberi visa wisata yang masa berlakunya lebih lama dari dua bulan, maka mereka akan dapat tinggal lebih lama, tanpa harus sering-sering meninggalkan daerah pariwisata kita hanya untuk mengurus visa baru. Bukankah dengan tinggal lebih lama di Pulau Samosir uang mereka akan dibelanjakan di sana, dan dengan demikian pendapatan penduduk di pulau terpencil itu akan lebih memadai? Akhir-akhir ini jumlah wisatawan asing di "surga dunia para pewaris Tano Batak" ini menurun dengan drastis. Akibatnya, banyak pengusaha penginapan yang mengeluh. Banyak wisatawan asing yang berpendapat bahwa kebijakan visa wisata di Thailand yang lebih longgar membuat mereka nyaman. Apakah benar demikian?
Di samping beberapa hal penting di atas, ada beberapa hal lain yang, bila diupayakan, akan menambah pesona Danau Toba di mata para wisatawan. Misalnya, diadakannya lomba kapal motor hias pada setiap memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI, lomba menyanyi antar kelompok pemuda dan antar kelompok ibu rumah tangga, dan kegiatan budaya lainnya. Penulis cukup yakin bahwa lomba perahu hias akan membuat Danau Toba tampak lebih indah dengan kapal-kapal motor yang dihiasi aneka warna hiasan. Lomba menyanyi pun tidak akan kalah menarik dengan lomba kapal motor hias karena, pada dasarnya, orang-orang Batak memiliki suara yang merdu, apalagi bila yang dinyanyikan itu adalah lagu-lagu Batak.
Sebagai akhir kata, penulis berharap agar pariwisata di Danau Toba dan Pulau Samosir semakin maju dengan diadakannya perubahan-perubahan positif yang menguntungkan, baik pihak wisatawan asing dan domestik maupun penduduk setempat. Ada satu harapan besar yang melekat di hati penulis: bila kita merasa bangga memiliki Bali dan Lombok di Kawasan Timur Indonesia, apakah tidak mungkin kita merasa bangga memiliki Danau Toba dengan Pulau Samosir di kawasan barat? Kita patut merasa bangga berdiam di Negara Indonesia yang amat kaya akan keindahan alam.(YOHANES MANHITU)

Sabtu, 10 Oktober 2009

LAKETOBA PARTY 2009 ( PESTA DANAU TOBA 2009)


















visit SAMOSIR LAKETOBA


TUNJUKKAN KEPEDULIAN ANDA TERHADAP PERKEMBANGAN PARIWISATA SAMOSIR LAKETOBA
dapatkan segera kaos visit SAMOSIR LAKETOBA

Kirimkanlah hal-hal berikut dengan lengkap:


Nama Lengkap

Alamat lengkap, dengan kode pos

Nomor telepon rumah atau HP

Email

Jumlah kaos yang ingin dipesan

Ongkos kirim:

1 Ongkos pengiriman kaos antara 1 s/d 3 potong kaos = sama (dikategorikan = 1 kg)

2 Ongkos pengiriman kaos antara 4 s/d 6 potong kaos = double pengiriman disebut di No.1 (x2).
3 Ongkos pengiriman kaos antara 7 s/d 9 potong kaos = triple pengiriman diatas disebut di No.1 (x3)

4 Dan jumlah-jumlah seterusnya

Pengiriman akan dilakukan melalui TIKI, jadi anda bisa mengecek sendiri tariff pengiriman di TIKI Online (klik DISINI) - Regular Service (Reg). PENGIRIMAN BERKISAR ANTAR 7 - 12 HARI DARI TANGGAL PEMBAYARAN ANDA TELAH KIAMI TERIMA.
Kirim email melalui simaup87@yahoo.com

horas

Jumat, 09 Oktober 2009

pesta danau toba

saksikan kemeriahan pesta danau toba secara live melalui streaming di

http://samosirtourism.com/detail_news.php?id=22